Mencermati Dampak Produk Informatika dengan Berpikir Kritis - Dampak Sosial Informatika (bagian 1 - Mencermati kekeliruan Informasi)

Produk teknologi informatika juga mempunyai potensi untuk memberikan dampak negatif yang dapat menimbulkan kerugian bagi pengguna dan juga masyarakat. Oleh karena itu, pengguna produk teknologi informatika dituntut untuk memiliki kemampuan mencermati informasi dan menggunakan produk informatika secara kritis.

baranur

4/29/20259 min read

a man riding a skateboard down the side of a ramp
a man riding a skateboard down the side of a ramp

1. Mencermati Secara Kritis Informasi

Di era digital saat ini, di mana dunia maya sangat berperan dalam kehidupan manusia, produksi dan penyebaran informasi yang keliru banyak dilakukan. Berbagai informasi di Internet dan media sosial disebar untuk tujuan memanipulasi pikiran warga dunia maya. Penyampaian informasi yang keliru dilakukan secara terencana dan terstruktur untuk mempengaruhi opini masyarakat. Hal ini dilakukan untuk berbagai tujuan, balk untuk tujuan ekonomi, politik, sosial, maupun kejahatan. Jika kita tidak cermati secara kritis, maka kita akan terpengaruh dengan informasi salah yang kita terima.

Penyebaran informasi yang keliru dengan tujuan untuk memanipulasi pikiran penerima informasi dilakukan dengan cara menyampaikan informasi yang kelihatan logis dan masuk akal, tetapi sebenarnya jika dicermati secara kritis, informasi tersebut mempunyai kesalahan. Agar dapat mencermati secara kritis informasi yang disampaikan di dunia maya, berikut ini akan diuraikan beberapa teknik penyampaian informasi yang kelihatan benar namun sebenarnya memiliki kekeliruan.

a. Kekeliruan Hubungan Sebab-akibat

Hubungan sebab-akibat adalah hubungan ketergantungan antara dua hal. Perihal pertama akan menyebabkan terjadinya perihal kedua. Sebagai contoh, "Gula yang terlalu banyak menyebabkan teh ini menjadi terlalu manis". Kalimat di atas menunjukkan bahwa ada penyebab dan ada akibat yang terjadi.

Kekeliruan sebab-akibat sering digunakan untuk memanipulasi pikiran dari target pendengar, baik dalam dunia marketing, kampanye politik, propaganda, dan berita-berita (terutama berita hoaks). Bahkan di lingkungan rumah sering terjadi orang tua menggunakan kekeliruan sebab-akibat ini ketika menasehati atau mengoreksi perilaku anaknya. Hal¬hal seperti ini, jika tidak dicermati secara kritis, akan dapat mempengaruhi penerima informasi, sehingga informasi yang keliru dianggap sebagai suatu kebenaran. Contoh kekeliruan sebab-akibat.

(1) Produk makanan ini digunakan secara lugs di 10 negara maju, kesepuluh negara ini memiliki tingkat harapan hidup tertinggi di dunia.

Kalimat di atas ingin menyampaikan pesan bahwa produk ini dapat meningkatkan harapan hidup manusia, pertanyaan kritis yang perlu disampaikan adalah:

Apakah benar 10 negara maju itu memiliki harapan hidup yang tinggi karena produk tersebut? Harapan hidup bergantung kepada banyak hal seperti: pola makanan, pola hidup, lingkungan, fasilitas kesehatan, tingkat stres, dan lain-lain. Oleh karena itu, klaim harapan hidup tinggi karena mengonsumsi sebuah produk makanan patut diragukan kebenarannya.

(2) Calon gubernur "XYZ" adalah seseorang yang ganteng, is sangat cocok memimpin daerah ini.

Klaim seperti ini sering kita dengar dalam pemilihan¬pemilihan presiden, kepala daerah dan wakil rakyat. Pertanyaan kritisnya adalah: apakah benar seorang yang ganteng cocok menjadi pemimpin? Apakah tampilan ganteng/cantik penting menjadi kriteria seorang pemimpin rakyat? Bagaimana menurut Anda?

(3) Dua minggu yang lalu seorang manajer restoran selesai mengubah layout restorannya. Ternyata di saat yang bersamaan, angka penjualan online restoran tersebut meningkat dua kali lipat. Berdasarkan hal tersebut manajer mengklaim bahwa tampilan restoran yang baru menyebabkan penjualan online meningkat dua kali lipat.

Menurut Anda, apakah klaim tersebut dapat dibenarkan atau merupakan sebuah kekeliruan sebab¬akibat?

b. Kekeliruan Ikut-ikutan

Kekeliruan ikut-ikutan (dikenal dalam istilah aslinya bandwagon fallacy) adalah kekeliruan yang terjadi karena adanya anggapan bahwa jika semua orang menggunakannya atau jika semua orang menyetujuinya, maka hal itu adalah sebuah kebenaran. Hal seperti ini seringkali terjadi di dalam masyarakat, seseorang merasa tindakannya benar karena banyak orang yang melakukannya. Berikut ini beberapa contohnya.

(1) Seorang pengemudi motor merasa benar untuk berkendara di atas trotoar dan mengambil hak penjalan kaki karena banyak pengemudi motor lain yang melakukan hal tersebut.

(2) Warga merasa tidak bersalah untuk main hakim sendiri ke pencopet yang tertangkap oleh warga karena banyak warga yang juga ikut main hakim sendiri.

Kekeliruan seperti ini juga terbawa ke dunia maya, sehingga Anda akan sering menemukan postingan atau komentar yang membenarkan sebuah tindakan karena banyak orang melakukannya atau setuju dengan tindakan tersebut. Diperlukan pemikiran yang kritis untuk menghindari jebakan kekeliruan karena ikut-ikutan ini.

c. Kekeliruan Bukti Anekdot

Kekeliruan bukti anekdot (anecdotal evidence fallacy) adalah kekeliruan yang muncul karena adanya argumen yang didasarkan pada pengalaman sendiri dan bukan pada fakta atau data-data yang cukup. Orang yang menggunakan argumen seperti ini tidak menyadari bahwa pengalaman mereka pribadi mungkin tidak cukup untuk dijadikan sebagai bukti/data untuk mengklaim hal tersebut akan berlaku secara umum. Pengalaman satu orang belum tentu akan berlaku pada populasi umum. Argumen jenis ini fokus pada emosi dan bukan logika

Sebagai contoh, misalkan saja si A disarankan untuk berhenti bergaya hidup tidak sehat. Kemudian si A berargumen bahwa "Kakek saya juga gaya hidupnya tidak sehat, namun dia bisa hidup sampai umur 90 tahun.

d. Kekeliruan Manusia Jerami

Kekeliruan manusia jerami (straw man fallacy) adalah kekeliruan yang terjadi karena seseorang mengambil argumen orang lain, mendistorsi argumen atau melebih-lebihkan argumen tersebut secara ekstrem, kemudian menyerang argumen yang sudah didistorsi dan dilebih-lebihkan tersebut, seakan-akan itu adalah klaim yang disampaikan oleh orang pertama. Contohnya adalah sebagai berikut.

Orang pertama : Jono seorang teknisi yang sangat ahli, sudah pantas diberi kenaikan gaji.

Orang kedua : Jadi maksud Anda, teknisi yang lain tidak ahli. Pernyataan Anda betul-betul sangat

menyakitkan bagi kami sebagai teknisi.

Coba Anda cermati secara kritis percakapan di atas.

(1) Apakah orang pertama mengatakan "teknisi selain Jono tidak ahli"?

(2) Pantaskah teknisi yang lain sakit hati dengan pernyataan orang pertama di atas?

Kekeliruan manusia jerami ini sering terjadi dan berhasil memprovokasi pendengarnya jika pendengar tidak jeli dan terbawa emosi ketika mendengarnya.

e. Kekeliruan Dilema yang Salah

Kekeliruan dilema yang salah (false dilemma fallacy) terjadi ketika seseorang menyampaikan dalam argumennya bahwa hanya beberapa pilihan terbatas yang tersedia, padahal pada kenyataannya, ada pilihan-pilihan yang lain.

Kekeliruan dilema yang salah ini sering digunakan dengan dua cara berikut.

(1) Memberikan dua pilihan kepada orang lain padahal ada banyak pilihan lain.

(2) Memberikan dua pilihan kepada orang lain, di mana salah satunya adalah pilihan yang baik dan yang lain merupakan pilihan yang sangat buruk. Hal ini dimaksudkan untuk "memaksa" orang lain memilih pilihan yang baik atau sebaliknya.

Selain untuk menyarankan orang lain memilih di antara pilihan yang diberikan. Kekeliruan dilema yang salah ini juga sering dipakai oleh seseorang untuk membenarkan tindakannya. Seseorang mungkin memberikan alasan mengapa dia mengambil tindakan A, karena itu Iebih baik daripada mengambil tindakan B yang dianggap sangat salah. Padahal dalam kenyataannya, ada pilihan tindakan C, D, dan seterusnya yang dapat diambil.

Berikut beberapa contoh kekeliruan dilema yang salah, yang sering disampaikan.

(1) "Jika Anda tidak menyukaiku, berarti Anda membenciku."

(2) "Anda tidak ikut menyumbang berarti Anda bukan orang baik."

(3) "Anda bagian dari solusi atau bagian dari masalah."

(4) "Belilah barang yang lagi diskon ini atau Anda akan kehilangan kesempatan ini."

(5) "Menikahlah dengannya atau Anda Iebih suka sendiri selamanya."

f. Kekeliruan Karena Induksi Malas

Kekeliruan karena induksi malas (slothful induction fallacy) terjadi ketika seseorang mengabaikan bukti-bukti subtansi dan membuat klaim sendiri berdasarkan bukti-bukti yang tidak relevan atau kebetulan. Kekeliruan ini terjadi ketika bukti-bukti dan hasil penelitian yang disampaikan merupakan indikasi kebenaran, tetapi diabaikan. Pembicara kemudian membuat argumen sendiri karena gagal paham atau salah memilih bukti-bukti yang dipaparkan. Contohnya sebagai berikut.

Guru A : Saya senang melihat bahwa proses bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru BP berjalan dengan baik. Saya melakukan wawancara kepada anak-anak yang dulu banyak membuat masalah dan 90% mereka berhasil keluar dari permasalahan mereka berkat bimbingan dan konseling dari guru BP.

Guru B : Saya pikir alasan sebenarnya mengapa jumlah anak yang bermasalah berkurang karena kita sudah punya kantin yang Iebih nyaman.

g. Kekeliruan Generalisasi yang Tergesa-gesa

Kekeliruan generalisasi yang tergesa-gesa (hasty generalization fallacy) adalah kekeliruan yang terjadi karena generalisasi yang tergesa-gesa. Kesimpulan diambil hanya berdasarkan satu bukti yang tidak cukup, atau dengan kata lain membuat sebuah kesimpulan yang terburu-buru tanpa mempertimbangkan semua variabel atau bukti yang lain. Kekeliruan ini sering juga disebut kekeliruan karena sampel tidak cukup, generalisasi yang salah, atau generalisasi yang bias. Contohnya adalah sebagai berikut.

(1) Setelah seorang ibu mendapatkan pelayanan buruk di suatu rumah sakit, ibu tersebut berkata, "Pelayanan di rumah sakit memang jelek, tidak ada yang dapat diharapkan". Apakah benar semua rumah sakit pelayanannya jelek? Nyatanya banyak rumah sakit yang pelayanannya baik.

(2) Setelah salah satu tim sepak bola di provinsi A berhasil menang telak dari tim sepak bola di provinsi B, tim tersebut menjadi jumawa dengan menyebutkan semua tim sepakbola di provinsi B lemah. Apakah hal tersebut benar? Kenyataannya, banyak tim sepak bola di provinsi B memiliki banyak prestasi di kompetisi sepak bola tingkat nasional.

(3) Seorang pengendara sepeda motor dari kota A berkendara ke kota B. Ternyata ketika berkendara di kota B, pengendara tersebut mengalami kecelakaan lalu lintas karena kecerobohan dad pengendara di kota B. Pengendara dari kota B tersebut menjadi sangat kesal dan beranggapan bahwa semua pengendara di kota B ceroboh. Apakah semua pengendara di kota B ceroboh? Kenyataannya angka kecelakaan lalu lintas di kota B lebih rendah daripada di kota A.

h. Kekeliruan Jalan Tengah

Kekeliruan jalan tengah (middle ground fallacy) adalah kekeliruan yang terjadi karena penggunaan argumen yang sifatnya kompromi digunakan. Hal ini terjadi karena seseorang percaya bahwa melakukan kompromi mengambil jalan tengah pastilah sebuah kebenaran. Apa yang tidak disadari oleh mereka bahwa mungkin saja ada solusi yang lebih baik yang sama sekali berbeda dari dua argumen yang sedang berlawanan. Dengan kata lain, argumen bisa saja tidak valid, yang artinya, jalan tengah belum tentu menjadi sebuah

kebenaran.

Beberapa contoh dari kekeliruan jalan tengah adalah sebagai berikut.

(1) Jika Nema berargumen kalau kuda dapat berenang, sementara Gianna berargumen kuda tidak dapat berenang, apakah kebenarannya menjadi "sebagian kuda dapat berenang dan sebagian kuda tidak dapat berenang"?

(2) Jika seorang pegaWai meminta kenaikan gaji 25%, sementara pemilik usaha merasa kenaikan gaji cukup 5%, apakah kenaikan gaji harus menjadi 15%?

I. Kekeliruan Beban Kesalahan Pembuktian

Kekeliruan beban kesalahan pembuktian (burden of proof fallacy) terjadi ketika seseorang mengklaim sesuatu tanpa membuktikannya terlebih dahulu. Jika ada yang mengatakan sebaliknya, maka orang itu harus membuktikan klaimnya. Orang yang menggunakan argumen ini percaya bahwa pendapatnya benar tanpa harus memberikan bukti. Jika ada yang menentang pendapat tersebut, maka orang yang menentang tersebut harus menunjukkan buktinya.

Beberapa contoh dari penggunaan kekeliruan beban kesalahan pembuktian adalah sebagai berikut.

(1) Semua orang menyukai acara yang kita buat kemarin. Jika ada yang tidak setuju, coba buktikan kalau ada orang yang tidak menyukainya.

(2) Seseorang mengklaim bahwa UFO itu ada. Jika ada orang yang mengatakan UFO itu tidak ada, orang tersebut harus membuktikan bahwa UFO itu tidak ada.

J. Kekeliruan Bukan Skotlandia Sejati

Kekeliruan bukan Skotlandia sejati (no true Scotsman fallacy) terjadi ketika seseorang mengklaim sebuah generalisasi dan ketika ada yang membantah argumennya dengan sebuah contoh, maka orang tersebut akan menolak contoh yang diberikan. Hal ini dilakukan dengan cara mengubah istilah awal generalisasi mereka untuk mempertahankan generalisasinya dan menolak contoh tandingan yang diberikan.

Berikut merupakan beberapa contoh penggunaan kekeliruan bukan Skotlandia sejati. Contoh pertama merupakan alasan mengapa kekeliruan ini disebut dengan kekeliruan bukan Skotlandia sejati.

(1). Lachlan mengatakan: "Tidak ada orang Skotlandia yang menambahkan gula pada buburnya."

Lewis mengatakan: "Tapi paman saya adalah orang Skotlandia dan dia memberi gula pada buburnya." Lachlan menyanggah: "Tapi tidak ada orang Skotlandia sejati yang memberi gula pada buburnya."

(2). Gianna mengatakan: "Tidak ada laki-laki yang senang mengerjakan pekerjaan rumah tangga".

Nema mengatakan: "Om saya senang melakukan pekerjaan rumah tangga, di rumahnya dia yang memasak setiap hari".

Gianna menyanggah: "Tidak ada lelaki sejati yang senang mengerjakan pekerjaan rumah tangga, Om Anda pasti bukan lelaki sejati".

K. Kekeliruan Kamu Juga Salah

Kekeliruan "kamu juga salah" (tu quoque fallacy) adalah kekeliruan yang muncul karena seseorang mengkritik balik lawan bicaranya. Ketika seseorang dikritik dengan sebuah argumen, dengan alasan yang logis, seseorang malah mengkritik balik lawan bicaranya.

Sebagai contoh, misalkan saja Gianna berkata kepada Nema yang bekerja di perusahaan negara A: "Jika Anda mempunyai kemampuan bahasa negara A, karir Anda akan lebih cepat naik di perusahaan itu".

Kemudian Nema balik berkata: "Anda sendiri juga tidak mempunyai kemampuan bahasa negara A"

L. Kekeliruan Ketidakpercayaan Pribadi

Kekeliruan ketidakpercayaan pribadi (personal incredulity fallacy) terjadi ketika informasi yang disampaikan tidak dapat diterima oleh penerinna informasi karena tidak mampu memahami informasi tersebut atau tidak tahu cara kerjanya. Penerima informasi percaya bahwa kebenaran atau informasi yang benar seharusnya dapat dimengerti dengan mudah. Oleh karena itu, ketika mendapatkan informasi yang belum dapat dimengerti olehnya, atau tidak tahu bagaimana hal itu bekerja, maka dia menyimpulkan bahwa informasi itu pastilah salah.

Berikut ini merupakan beberapa contoh bagaimana sebuah kekeliruan ketidakpercayaan pribadi terjadi.

(1) Saya tidak mengerti bagaimana media sosial dapat mendorong penjualan produk kami, karena itu kami tetap fokus menjalankan strategi pemasaran tradisional.

(2) Saya tidak percaya melakukan pembelian online, karena saya tidak dapat melihat produk dan tidak bertemu dengan penjual. Oleh karena itu, saya tidak akan pernah melakukan transaksi online.

m. Kekeliruan Penyalahgunaan Wewenang

Kekeliruan penyalahgunaan wewenang (appeal to authority fallacy) terjadi ketika seseorang percaya bahwa jika seorang figur yang mempunyai otoritas percaya sesuatu atau mempunyai pendapat tentang sesuatu, maka hal itu adalah haruslah benar. Orang tersebut kemudian menggunakan pendapat orang yang mempunyai otoritas tersebut untuk mendukung argumennya, padahal bisa saja figur tersebut tidak memiliki kompetensi yang cukup pada bidang yang dibicarakan.

(1) Pimpinan kami mengatakan bahwa kami tidak perlu khawatir dengan perubahan iklim. Oleh karena itu, perusahaan kami tidak perlu lagi mengembangkan produk-produk ramah Iingkungan.

(2) Pimpinan kami mengatakan bahwa kami tidak perlu terlalu khawatir keamanan data di sistem informasi kami. Oleh karena itu, tim IT tidak perlu memperbaiki sistem keamanan di sistem informasi kami.

Kekeliruan penyalahgunaan wewenang ini sering digunakan oleh pembuat hoaks untuk mendukung pendapat atau menggiring opini publik. Dengan mengutip nama-nama ahli, pembuat hoaks berharap pembaca akan membenarkan atau setuju dengan apa yang disampaikan.

n. Kekeliruan dari Kekeliruan

Ketika menyampaikan sebuah klaim, bisa jadi seseorang menggunakan argumen yang salah, namun bisa saja klaim tersebut benar. Oleh karena menggunakan argumen yang salah, maka orang yang mendengar mengambil kesimpulan bahwa semua klaim yang disampaikan mengandung kesalahan. Sama seperti sebuah tindakan yang benar diambil karena menggunakan alasan yang salah, demikian juga sebuah klaim bisa saja benar walau menggunakan argumen yang salah.

Sebagai contoh, perhatikan percakapan berikut ini. Orang pertama menyampaikan klaim dengan argumen yang keliru, dan orang kedua menganggap bahwa apa yang disampaikan salah karena menggunakan argumen yang salah.

(1). Orang pertama : "Kucing tidak akan selamat meski jatuh dari gedung bertingkat, karena kucing mempunyai sembilan nyawa".

Orang kedua :"Mana mungkin kucing mempunyai sembilan nyawa, semua yang hidup hanya punya satu nyawa. Oleh karena itu, saya tidak percaya. Kucing kalau jatuh dari gedung bertingkat pasti tidak akan selamat".

(2). Orang pertama : "Dia seorang penulis yang baik, karena dia seorang yang teliti".

Orang kedua : "Mana mungkin karena teliti seseorang menjadi penulis yang baik. Saya jadi tidak yakin dia seorang penulis yang balk".

Dari pembahasan di atas sudah dijelaskan berbagai jenis kekeliruan yang akan sering Anda temukan ketika menerima informasi melalui media sosial atau aplikasi internet lainnya. pemahaman Anda akan berbagai jenis kekeliruan di atas akan membuat Anda dapat mencermati secara kritis informasi yang ada. Dengan demikian, Anda dapat memilih untuk mempercayai atau menolak informasi yang disampaikan.

Sumber: Buku Informatika SMA

Kegiatan Siswa

Judul : Mencermati secara Kritis sebuah Informasi

Tujuan : Mencermati informasi yang ada di media sosial dan internet.

Cara Kerja:

  • Buatlah kelompok yang terdiri atas 2 sampai 4 orang peserta didik.

  • Temukanlah di media sosial atau aplikasi internet lainnya, sebuah postingan yang mengandung kekeliruan (fallacy).

  • Capture postingan atau komentar tersebut

  • Identifikasi dan diskusikan jenis fallacy yang terkandung di dalamnya.